ads

Relevansi Pendidikanku

Tags:


Vita Septi Susanti
sumber: https://pixabay.com/en/books-education-knowledge-library-1835753/


          Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia menjadi sorotan besar untuk kalangan petinggi-petinggi negara. Bukan hanya akhir-akhir ini sebenarnya, dari dulu hingga sekarang pendidikan di Indonesia selalu menjadi sorotan mata-mata pemerintah Indonesia bahkan hingga ke masyarakatnya. Mulai dari kinerjanya hingga output yang dihasilkan dari pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Tak ayal, system pendidikan di Indonesia selalu melulu mengalami perombakan demi perombakan dari pergantian kurikulum disetiap pergantian kabinet berlangsung. Hal tersebut positifnya adalah karena pemerintah begitu ingin pendidikan yang terjadi di Indonesia bisa lebih baik dan berhasil. Namun hingga akhir inipun masih nihil.
Permasalahan relevansi yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan mata publik. Relevansi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu hubungan, kaitan setiap mata pelajaran harus ada hubungannya dengan keseluruhan tujuan pendidikan. Tepat sekali. Permasalahan relevansi kini perlu digaris bawahi. Pasalnya pendidikan sekarang dirasakan adanya ketidakcocokan antara isi pendidikan dengan realitas kebutuhan masyarakat terutama para pemakai output dari pendidikan. Misalnya, rendahnya rate of return dari lulusan sekolah. Masih banyak lulusan sekolah yang dihasilkan dari pendidikan dengan kualitas rendah dalam hal adaptasi dengan dunia kerja atau bahasa jelasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh dunia kerja. Alsahil, banyak lulusan sekolah hasil pendidikan yang tidak diserap oleh dunia kerja. Sebagai tanda awal angka pengangguran yang terjadi di Indonesia kian meningkat.
Dahulu, pada tahun 1990-an Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pernah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan relevansi pendidikan di Indonesia, beliau menggunakan metode yang berkiblat dengan Negara asing, Jerman. Yang dikenal dengan program link and match hanya saja karena program ini teralalu mengadopsi atau menjiplak maka program ini gagal dengan hasil tidak memuaskan.
Masalah relevansi pendidikan merupakan masalah yang krusial. Bayangkan saja ketika banyak sekali ketidakseimbangan antara jumlah lulusan dengan peluang kerja yang tersedia, semisal saja perguruan tinggi A setiap tahunnya meluluskan sarjana sejumlah 1000 orang pertahun namun kesempatan kerja yang tersedia hanya 50 orang, otomatis 950 orang tidak tertampung bukan? pertanyaannya apakah 950 orang itu adalah lulusan tidak berkualitas? Dan akan lebih parah lagi jika yang lolos 50 orang tersebut ternyata dilakukan secara tidak benar, adanya suap menyuap, nepotisme, koncoisme (karena kamu koncoku hehe) dan sebagainya.
Sebenarnya tujuan pendidikan negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, agar terciptanya lulusan sekolah yang berkualitas dan cerdas sehingga mampu bersaing di kancah international dengan negara-negara asing, mampu memberikan perubahan pada bangsa sendiri dan masyarakat luas. Namun, bagi kaum pragmatis, tentu membutuhkan lulusan berkualitas yang cepat dan siap pakai. Bagi penulis, membahas tema pendidikan tidak akan pernah habis. Sebagaimana negara kita yang terus memikirkan perkembangan pendidikan yang harus maju dan berhasil. Problematika relevansi pendidikan menjadi pe er untuk kita semua.  Untuk negara kita, untuk pemimpin kita, untuk pemerintah kita, untuk pemakai output pendidikan kita, untuk masyarakat kita dan untuk diri kita.

Tulisan ini hanyalah sebagai ulasan dan renungan atau penyadaran bahwa kita hendaknya menjadikan output pendidikan kita kian berkualitas. Sekian. Selamat bekerja tuntas dengan ikhlas serta berkualitas. 


Sumber: Hasballah, H. Kebijakan Pendidikan. Kota Depok. Rajawali Pers.

Terbaru dari KAMMI

Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu Image and video hosting by TinyPic