oleh : zulfikar A
Nampak kebahagiaan telah terpajang indah didepan mata, sehingga kebahagiaan itu seolah-olah cukup mengelokkan rupanya. Yaa, fatamorgana-fatamorgana yang tersusun rapi, yang terpancar dusta, begitu menggoda mata telanjang. Sekilas tidak ada yang perlu dipermasalahkan akan hadirnya penampakan tersebut, namun yang sangat disesalkan bahwasanya keindahan yang dibicarakan tadi, keindahan yang menggoda tadi dengan pancaran-pancaran spektrum warnanya, tidak dapat dinikmati dengan perasaan yang sebenarnya. Sebagaimana yang ada didalam Al-qur’an pernah dijabarkan oleh Allah SWT tentang makna dari keindahan-keindahan yang d persembahkan di Dunia ini yaitu ibarat dengan air hujan yang sangat deras, sangat menghidupkan, sangat menyegarkan, membawa makna kehidupan yang sesungguhnya. Sehingga seolah-olah hasil yang didapat sangat tumpah ruah,berlimpah banyaknya, sangat nikmatnya jika diamati, dan disebutkan dalam Al-qur’an bahwasanya setelah hujan yang turun tersebut akan menghasilkan tanaman-tanaman yang indah tanaman-tanaman yang elok rupawan, yang sungguh sangat memanjakan mata ini. Namun ditegaskan dengan potongan ayat selanjutnya bahwasanya segala hal yang tumbuh elok rupawan tersebut kelak akan dimusnahkan sekejap mata, seperti halnya mengedipkan mata, dan kita pun terperangah menyaksikan keajaiban itu. Tak terasa hal-hal yang sekiranya kita miliki selama-lamanya perlahan akan musnah terkikis dalam deruan keserakahan
Itulah yang dijabarkan oleh Al-qur’an terkait dengan kehidupan-kehidupan yang ada di Dunia, sehingga dari itu pun kita dapat melihat begitu banyaknya keindahan-keindahan di muka bumi yang terpancar begitu dasyatnya seolah-olah sebagai pengobat letih, penat, dan kesakitan yang sangat mendalam. Sehingga sakit yang kita rasakan perlahan berangsur-angsur akan hilang. Hal ini teringat seperti apa yang pernah dirasakan oleh seorang pemuda. Sapaan akrab nya akh Zera, sapaan tersebut bukan nama asli sesuai yang tertulis di selembar ijazah dan kartu tanda penduduknya, melainkan hanya sekedar sapaan akrab yang sekiranya pemuda tersebut sangat ingin sekali dipanggil sesuai dengan arti nama yang ia paparkan. Ia merupakan seorang pemuda yang sangat aktif dalam lingkungan-lingkungan disekitarnya, ibarat kata, dimanapun dia berapa tentunya dia akan dikenali oleh banyak orang dengan perbedaan-perbedaan yang ia bawa ditengah-tengah lingkungan tersebut. Perbedaan yang ia bawa bukan paras negative yang ia kenalkan di lingkungan tertentu melainkan bagaimana caranya ia agar mampu berkomunikasi dengan menjalin hubungan kekeluargaan yang bahagia dan merasakan kesejukan ukhuwah yang terhunjam dalam hati tersebut. Tentunya banyak hal-hal yang ia rasakan sejenak yang ia alami terkadang tidak menghasilkan ekspektasi sesuai dengan realita yang ada. Walaupun seperti itu tidak ada prasangka buruk yang menghiasi hatinya, dengan mencoba serapih mungkin menggagas sesuatu hal yang baru. Memang gagasan yang dipaparkan tidak seindah yang seperti di angankan, terkadang gagasan-gagasan tersebut harus diterima dengan sindiran-sindiran yang tidak menyejukkan hati, dan terkadang juga disambut oleh senyuman-senyuman yang olehnya dianggap tulus untuk mengembannya. Begitulah sekiranya perasaan-perasaan yang menghiasi dalam kesehariannya. Walaupun begitu, terkadang permajasan yang indah selalu datang menghampirinya dikala susah dan sedih, dalam fikirannya barangkali ini merupakan sebagai penghias kebahagian di kala hujan mengakhiri dengan keindahan pancaran pelangi diantara kedua cahaya yang saling menyigapi sianrnya pada keduanya, sehingga munculah spektrum kombinasi warna yang terpancar dari kesudahan hujan tersebut.
Demikian sekiranya pembawaan sederhana yang didapati oleh orang-orang yang dalam keseharian disibukkan dengan urusan-urusan sosial, yang jikalau mereka renungkan terlallu banyak waktu yang mereka habiskan untuk secercah kehidupan-kehidupan orang lain yang tentunya bertujuan untuk dapat memberikan nilai yang berarti bagi masyarakat sekitar. Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, karena sejatinya kebahagiaan itu bukanlah permasalahan dari apa yang datang kepada setiap insan dari apa yang diinginkan oleh insan tersebut, melainkan hal-hal yang datang pada diri insan tersebut adakah suatu beban hidup yang sangat ia butuhkan yang kelak akan membuatnya menjadi seorang insan muslim yang kokoh tiada tara dalam indahnya prasangka-prasangka indahnya dalam hati nya yang sangat luas.
***
Terdapat beberapa rumah yang ia telah huni, berbagai macam warna tentunya yang ia lihat, begitu pula juga dengan struktur bangunannya. Bagaimana seorang arsiteknya merancang bangunan tersebut sehingga membuat para penghuninya sangat nyaman, dan tentunya penghuni-penghuni rumah harus memahami kendala-kendala apa saja, perilaku-perilaku yang harus dijalankan dan dijauhkan apa-apa saja yang sekiranya membawa kemaslahatan yang sangat besar bagi rumah itu sendiri. Yang ia alami bahwasanya rumah-rumah yang telah dihuninya tersebut memliki ciri khas yang sangat istimewa, ke khassannya pun mengantarkan setiap orang untuk mampu mencintai dengan sangat akan rumah-rumahnya yang masing-masing mereka miliki tersebut, sehingga rumah itu mampu nampak eksistensinya dihadapan publik dan juga bagaimana rumah tersebut mampu menjadi bangunan yang sangat kokoh diterjang tiupan angin badai dan permasalahan-permasalahan yang sekiranya sangat memungkinkan akan datang pada rumah itu, dan terdapat pula beberapa ke khassan yang menghiasi rumah itu akan tetapi malah membuat para penghuninya tidak nyaman olehnya sehingga membuat orang-orang yang ada didalamnya berusaha menginginkan suatu kenyamanan yang ia dapat di tempat lain, namun apalah daya perasaan yang fana tersebut,, dia menganggap beberapa struktur yang dalam rumah terdapat ada beberapa hal yang harus dibenahi keadaannya. Mungkin bukan struktur rumah nya barangkali. Teringat saya akan buku yang pernah ditulis oleh Ustadz Salim a fillah “dalam dekapan ukhuwah”, periksa kembali segala isi hati yang kita miliki, apakah hati kita merasa paling putih,, setidaknya kita harus memeriksa kembali barangkali putih nya permukaan hati itu adalah bekas luka yang membentuk nanah yang telah menutupi permukaan hati ini, dan terkadang kita juga merasakan hati ini menghembuskan perasaan-perasaan yang sangat mengharumkan semerbak rupa, maka sekali lagi kita pun harus mengecheck kembali segala isi hati tersebut, barangkali aroma yang tercium bukan berasal dari hati mu yang menghembuskannya melainkan aroma tersebut dari amal-amal kebajikan mu yang terbakar oleh kesombingan-kesombongan yang ada pada hati sehingga amal-amal kebajikan yang terbakar tersebut telah hangus dan menyerbak aroma yang wangi, karena perlu diketahui bahwasanya sisa-sisa amal kebajikan yang telah dicatat oleh malaikat namun terbakar oleh kesombongan-kesombongan yang ada pada hati akan menghasilkan aroma yang wangi.
Begitu tutur indah yang ditulis oleh beliau dalam buku nya yang sangat indah, “dalam dekapan ukhuwah”. Dari permajasan sederhana tersebut kita pun dapat melihat keadaan rumah tersebut, yaa, perlu diketahui, bahwasanya rumah tersebut adalah rumah yang tidak memiliki atap yang sesungguhnya, dan tidak mempunyai pondasi yang ditompang batu gunung yang kokoh dan dilapis lumuran balutan semen bercampur batu cadas oleh coral. Rumah itu sangat indah wujudnya, rasanya, persaudaraan nya dalam kehangatan, itulah organisasi-organisasi yang ada pada pemuda-pemuda zaman sekarang.
Bersambung….